Selasa, 31 Januari 2017

Kabar Keluarga !

Hatiku resah, aku tidak faham apa yang harus aku lakukan. Mereka adalah saya, saya adalah mereka. Tapi apa yang terjadi ?

Takut salah bersikap, khawatir menyikapi salah mengambil tempat. Siang ini bagaimanapun saya resah.

Mama mertua ku tidak dalam keadaan baik kesehatannya. Entah, itu murni karena fisiknya yang sedang tidak membaik atau karena tekanan psikologis yang berpengaruh pada kesehatannya.

Cerai ?

Dahiku berkernyit. Aku membaca tulisan itu di media sosialnya kakak ipar. Mereka, bersungguh-sungguhkah?.
Aku tidak faham atas apa yang terjadi dengan mereka.

Aku bingung menyikapi mereka.
Aku tidak dekat dengan istri kakak iparku itu. Pernah berjumpa 2x pertemuan. Tapi itu belum membuat kami dekat. Mungkin karena beda misi beda visi. Entahlah....

Aku ingin bertanya pada suami ku.
Tapi aku yakin suami ku akan berkata itu bukan persoalannya. Kita tidak perlu khawatir. Atau dia akan berkata. Kamu saja yang bicara. πŸ’¬

"Suamiku sayaang !"

Aku tidak mungkin bicara dengan mama mertua ku di saat kesehatannya sedang terpuruk. Aku tidak mungkin berlaku seperti itu. Siapa yang harus aku ajak bicara untuk menyelesaikan semua persoalan.

Semoga aku tidak salah langkah. Sangat disayangkan jika harus terjadi banyak masalah karena kesalahan dalam berilmu dan memahami semua persoalan.

Ya Alloh mudahkan lisan kami dalam kebaikan. Mudahkanlah kami dalam menjalani peran darimu. Tetapkanlah izzah dan ghiroh di dada kami. Segala yang ingin kami lakukan semata-mata karena berharap ridho Mu. Aamiin.

πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬πŸŒ·πŸ’¬

Rabu, 14 Desember 2016

KELUARGA

Pagi yang jemu. Sepekan sudah suasana ini tidak berubah. Aktivitas kantor tidak mendukungku apa-apa agar hari menjadi sibuk dan aku akan bahagia dengan larut pada kesibukan itu.

Buat aku sibuk, agar aku bisa membunuh kebosanan pada tubuhku. Zhaa....zhaa......aku selalu gagal mengatasi kebosanan pada diriku sendiri.

Hingga siang itu, aku terlarut kelelahan. Bukan lelah bekerja. Tapi lelah nganggur yang tiada berguna. Membosankan.

Kutarik selimut, rapat-rapat aku berjuang meninggalkan siang dalam dekapan kantuk yang datang kusambut dengan kegembiraan.
Ga ada yang akan mencariku. Mereka telah terbang ke Amerika bisikku, aku pun tidak ada janji ketemu dan janji ngekonsul pelanggan kantor.

Luar biasa, lelahku berangsur terkikis. Aku bangun lebih fresh dari dugaanku. Suasana hatiku menghangat. Aku rindu keluarga ku.

Aku merasa lapar. 😊 Dan saat itu satu-satunya waktu dimana aku berbahagia saat merasa lapar menyapaku. Tidak seperti biasanya .......

"Hi, ma ......makan ! Beli makanlah yang mama ingin. Tuh aku sudah kirim, maaf ya ga banyak. Semoga mama senang" bisikku dalam short message ku.

"Yakin , kangen mama ?"
"Ehhhmmm, ga jadi kangen ma πŸ™Š!"

Hihi hiie. Aku sempat godain ibu mertua ku dengan selera ku. Beginilah aku. Aku tidak suka segala sesuatu dibuat seakan-akan rumit. Atau dibuat seakan itu kewajiban. Bagi ku hubungan adalah soal jiwa dan rasa.

Saat aku ingin berbagi, jangan diminta.
Saat aku tidak ingin berbagi jangan berharap atau diharapkan, hal itu yang tumbuh hanya akan terlihat aku seperti membuat kekecewaan.

Akhir-akhir ini , dibilang sempurna masih kalah jauh. Tapi apa yang kami ingin lakuin aku dan suami perjuangin. Dan di situ ternampak Alloh kasih bantu kemudahan terjadi. Rasa bersyukur tentu saja diam-diam menelusuk pada kalbu ku.

Aku memandang suami ku, pada sudut pandang objektif mungkin. Walau kadang aku belum menunjukkan ketegasan.
Pelan-pelan. Terlebih itu semua aku sayang terhadap suami ku.

Sifat suami ku sebenarnya sayang kepada ku, kepada keluarga ku, terlebih kepada keluarganya. Dia hanya berbeda cara nenunjukkan rasa sayang itu. Dan hal itu terkadang ditafsirkan berbeda oleh keluarga dia, sodara-sodara dia.

Mama mertua ku bercerita, via telfun 1hari berbeda dari waktu dimana aku bilang kangen. Adik iparku yang perempuan menyampaikan kepada mamanya. Perasaan kakak iparku (pria), intinya tentang perasaan perbedaan.

Ternyata bukan hanya aku yg sempat salah faham. Saat ini aku semakin melihat lebih luas tentang banyak hal. Tentang perasaan orang lain.

"KELUARGA 😌"

Terima Kasih.

Di lain waktu, aku akan bekerja dan belajar lebih banyak lagi tentang bagaimana sikap yang adil.

Rabu, 30 November 2016

Semua Masih Tentang Jodoh ...

J. O. D. O. H ...

Aku ingat, cerita perjodohanku tidak mulus semulus kisah-kisah romantisme. Ada saat-saat aku merasa benar-benar putus asa dengan pencarian jodohku, atau kalau mau aku bilang lebih ekstrim bisa kusebut sebagaibpetualangan menemukan harta karunku.

Bagiku, jodoh masuk kategori harta karun. Sulit sekali perjalananku hingga sampai di sana. Berliku-liku, penuh perjuangan panjang. Bertahun-tahun sukarnya.
Aku bukan termasuk yang mudah dan muda bertemu jodohku. Di usia ku kepala 3 , Tuhan baru benar-benar memberi berkah dalam hidupku.

Sebagai orang yang dengan perjuangan panjang. Aku sangat faham dan begitu perasa dengan jodoh-jodoh orang-orang terdekatku. Aku turut berhasrat dengan rasa sedih mereka. Ya, mereka. Sebagian dari teman dan sohib ku*.

Sejak aku menikah, ada satu teman lama semasa sekolah yang aku pikirkan. Aku sebenarnya tidak begitu dekat dengannya, tidak sampai disebut sahabat. Hubungan kami sekadar kami pernah satu kelas, sesekali berada dalam kegiatan yang sama. Hanya itu ...

Setelah lulus sekolah, kami sempat jauh tidak pernah berkomunikasi sama sekali. Hingga akhirnya kami kembali bertaut dalam komunikasi sesama "jomblo". Kami melesat jauh tertinggal. Rekan-rekan kami yang dulu mayoritas telah menikah semua, kami seperti berada dalam komunitas yang tidak sama lagi.

Kali ini aku berinisiatif memperkenalkannya dengan seseorang. Orang yang sebenarnya aku belum pernah bertatap muka. Tapi aku punya keyakinan dia orang yang cukup baik. Dan ku rasa dia bisa memikul tanggung jawab sebagai seorang pria sejati.
Kuperkenalkan mereka berdua ......... !.

🌾
Hari lain yang cerah. Berita yang menggembirakan. Seorang teman jauh, di kepulauan lain.

"Hai, mba Sam. Aku ada kabar berita untuk mu. Aku akan menikah. Tanggal 17 Januari 2017 mba 😊. Hadir yaa. Bawa suami mu .... Honeymoon kalian di Sumatra".

"Turut senang akan kabar ini kak. Amaziiiing. Berita besar untuk hari yang besar. Love it's 🌷. Sama siapa ???" Aku sangat antusias.

"Masih sama, sama siapa lagi. Yang itu itu kak.....!"

" πŸ™Š. Awwww. MasyaAlloh. Selamatttttttttt. Akhirnya cerita berlabuh terhadapnya juga 😁"、

#############::#############::#################

Proloq 

Beberapa bulan yang lalu, aku lah yang menggebu. Mengejar perburuan membuka tabir takdir. Aku berjuang keras. Barangkali akulah yang di sana, di sudut kisah takdir yang harus di isi. Menjadi istri, mengisi kekosongan yang ditinggal pergi pemiliknya. Menemui Tuhan mereka !. Karena tempat itu kosong. Aku berfikir hendak mengisinya. Bukan untuk menghapus cinta yang pernah terisi. Tapi mengisi cinta lain yang kehilangan. Anak-anak yang hilang ibu karena Tuhan lebih sayang kepada ibu mereka. 

Yaa, disitulah dulu posisi ku ingin berdiri. Aku menginginkan itu. 😁 Tuhan tidak sampai padaku menghantar ke sana. 

Hanya semangat yang pernah tertoreh di hatiku itu. Mewaris pada sesosok rekananku. Yaa. Dia seorang janda, tapi itu hanya statusnya. Janda kembang yang tidak pernah terjamah oleh ikatan sakral yang pernah dia miliki.

Hidup itu bagi ku bukan siapa kita. 
Tapi apa yang bisa kita berikan karena siapanya kita.
Semoga...
Itu adalah keistimewaan yang membuat kita berbeda.
Dan kelak Tuhan semoga mengingat kita karena punya perbedaan dari sekian banyak kisah manusia. 

Aamiin.


πŸ‚πŸŒΎπŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸŒΎπŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸŒΎπŸ‚


Minggu, 27 November 2016

T A G I H A N

*Mas tahu bagaimana keadaanmu sekarang*


Aku dan mas lalang sudah memutuskan, untuk berkiprah di dunia pertanian. Kami melirik lahan persawahan. Kurun waktu 1 bulan setelah kami menikah. Mas lalang ku belum punya agenda apapun, begitupun aku. Aku sama sekali tidak meributkan aktivitas apa yang ia ingin lakukan sesuai "pasion" dia.

Kami masih saja memilih menikmati masa setelah pernikahan untuk bersantai. Dia masih dengan judul agenda "family time". Memperkenalkan saya kepada beberapa kerabat mereka yang sekiranya tertinggal untuk diperkenalkan. Hingga, kami tidak mengontrol apapun pengeluaran atas diri kami. Financial kami kebobolan ........ πŸ™Š.

Aku mulai panik. Aku mulai pelit, aku mulai memperhitungkan dan berhitung apapun yang aku keluarkan. Paranoid menjangkiti diriku. Beberapa hal situasi sebagai anak menantu baru yang harus belajar menyikapi banyak hal antara 'my self' 'my husdband' dan we are family and anything about new my live.

Bulan ke 2 pernikahan kami. Mas Lalang ku mulai bercuap-cuap tentang keinginannya. Sektor pertanian ingin ia tekuni.

"Berapa mas lahan itu harus kita bayari?"
" Yaah, 25 jt'an dik kita butuh modalnya. Ada ... ?"


Tuhan memberi kami lahan, mungkin seperti jodoh. Lahan itu diperjodohkan dengan kami juga. Demi suami ku, aku berusaha keras mensupportnya semampuku. Namun begitu, tidak serta merta kami saling memahami. Dia tetap seperti karakter dia, begitupun aku. Kami berbeda ...

"Dik, kamu yakin semua kamu perhitungkan dannkamu rinci sebegitu detail ?"

Itulah kami. Mas Lalangku cenderung boros. Cenderung hilang akal dengan rejeki di tangannya. Sekalipun itu uang entah berasal dari uang kami, uang mama, uang papa. Baginya , rejeki harus dinikmati saat sekarang. Lusa rejeki itu akan ada lagi ...

Berbeda dengannya. Aku tumbuh di situasi keluarga yang disiplin. Aku terakhir kali masih menerima uang dari orang tua atau keluarga ku dikala sejak lulus sekolah menengah. Setelah itu aku benar-benar mandiri membiayai sendiri biaya kehidupanku.

" Rp. 2.905.000 dik. Itu tagihan kita untuk membayar orang kerja kita !".
"Okey, ...." Aku hanya berminat menjawab sedikit.
"Itu masih sedikit dik. Perkiraanku 6 jt an".

Mas Lalangku lupa.
Sebelum yang ini kemana hitungan Rp. 300.000, Rp. 2.500.000, Rp. 1.500.000 minggu lalu.

I will. I know.
Ini bukan waktu yang tepat buat aku mendebatnya.

"Mas, pesan ku 1. Kelak, jika kita tidak profit. Tolong jangan salahin orang lain di sekitar mu !"

Aku mulai memahami sebagian karakter suami ku.


########::###########::###########::#######

Aku sedikit tertekan akhir-akhir ini. Aku tidak lagi begitu akrab dengan teman-teman main aku sebelum menikah. Aku merasa mereka seperti tidak banyak waktu lagi bercengkrama dengan ku. Penghindaran itu terasa ....

"Aku hanya berbelanja tempat naruh Al Qur'an ,mas. Ga belanja yang lain!"
Aku hanya menghibur diriku sesaat.

Sebelum pulang aku mampir mencetak beberapa foto dari hape. Foto-foto yang aku ambil saat masih lajang, beberapa foto saat bersama dengan suami jalan-jalan, beberapa foto keluarga. Aku menikmati semuanya.

Aku apakan foto-foto itu ? Aku ingin menyusunnya menjadi album. Tapi, justru akhirnya aku harus membuka isi album lama ku.
Aku belum membuang foto-foto tiga bocah @Bali. Anak yatim yang telah ditinggal meninggal ibu mereka.


πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚πŸ‚
Daun luruh terbawa angin, bermuara dalam aliran air. Menjauh dari akar mereka tumbuh. Seperti mereka, begitulah kehidupan. Episode akan selalu tergantikan. Oleh peranan lain.

( aku tidak suka keramaian yang bising,,tapi aku juga benci kesepian dan kesendirian).

(Aku butuh mereka, aku sempat jatuh cinta.. Aku berharap banyak. Sepi ku terbunuh oleh kehadiran mereka. Ini mungkin bukan ketulusan, hanya karena aku butuh pertolongan mereka).

Aku selalu kalah, oleh 1 perhatian yang memahami jiwa ku. 
Gersang itu nyata !

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
 " Mas, semoga G E R S A N G akan segera berlalu ya ! Bersamaan dengan musim tanam kita 😘".


Sabtu, 26 November 2016

Kebahagiaan Itu Punya Nama .. (Part 1)

Minggu terakhir di bulan November. Hati ku gundah , seperti gula-gula hilang pemanisnya. Seperti bunga hilang kesegaran mereka. Seperti seorang perempuan hilang senyum pada diri mereka.

Mas Lalang ku cerobos. Itu awal emosi ku sempat meletup-letup seperti seduhan air untuk membuat susunya. Mas, aku lelah. Ku sungkurkan kepala ku di sajadah setiap aku habis mengadu.

"Ya Alloh, terima kasih. Suami yang kau titipkan pada ku *istimewa*".
Itu satu-satunya kalimat ku mensyukuri atas apa yang Tuhan berikan dalam pelukan tanganku.

Ada yang mengganjal, dan aku menyadarinya. Tabiat ku buruk. Perangaiku tidak cakap. Aku lelah dengan diriku yang seperti ini. Bukan hanya aku, ponakan aku pun mengakui. Aku menjadi buruk beberapa hari ini.

Suara ku melengking seperti tiupan terompet, seperti pintu yang terjepit. Seperti lenguhan anak sapi dan anak kerbau yang memanjang. Aku menjadi tidak sabaran terhadap suami ku sendiri.

Sore ini, ku beranikan pertanyaan ku ajukan padanya.
"Bolehlah aku bertanya. Katakan padaku 10 saja. 10 saja hal yang kau sukai dan 10 hal yang tidak kau sukai!"
Aku ingin mengorek dari sisi dirinya.
Aku kelelahan atas suami ku sendiri. πŸ˜’ Aku terlihat nampak menyedihkan.

Aku ingin bertaruh dengan waktu. Melakukan yang terbaik yang aku bisa. Mininal itu yang bisa aku wariskan, untuk mengcover dan memback up dirimu.

*Hadiah itu, berupa Tuhan meminjamkanmu pada ku*.
###############################################

Kami ga pacaran, bisa kusebut seperti itu. Aku tidak mengenalnya. Dia juga tidak mengenalku. Kami dipertemukan oleh seorang teman.

Keadaanku tidak begitu baik. Seorang anak yang melukai perasaan orang tua nya. Dengan menaruhkan luka dan rasa malu. Teman lama ku bermain atas diri kami. Seorang pria beristri dan memiliki dua anak yang sudah cukup besar mengaku sebagai bujangan pada kami. Aku dan keluarga percaya. Hingga semua terbuka.

Butuh waktu bagi aku untuk keluar dari situasi rumit. Satu tahun waktu ku tidak berarti apa-apa. Aku tidak berdaya aku tidak mampu membuat diriku sendiri membaik. Pria itu meneror hidup ku.

Menikah tidak bisa. Move on pun aku tidak mampu. Beberapa kali aku berharap beberapa teman ku menolong ku. Ku katakan pada mereka. Bantu , carikan aku suami. Jika perlu carikan aku duda. Saat itu aku tidak ada motivasi lagi menikah karena jatuh cinta. Semua rasa itu rasanya sudah tidak tumbuh di raga ku. Ku katakan pada sahabat2 ku.
Aku ingin menghabiskan waktu dengan anak-anak tiriku. Aku tidak mencintai Ayah mereka tidak apa-apa. Ayah mereka tidak mencintai ku tidak apa-apa. Yang aku butuhkan Tuhan masih mau sudi mencintai aku. Aku tidak berdaya ...

Hingga perkenalan itu akhirnya terjadi. Suami ku menjadi pahlawan di situasi ku yang genting. Keluarga ku sudah nyaris putus asa, aku tidak segera menikah. Bukan aku tidak mau menikah. Liku-liku perjalananku dibuat lebih rumit oleh Tuhan untuk aku jalani.

Suami ku, apakah kau mencintai ku ?

Rasanya aku tidak akan mungkin berani menanyakan itu padamu. 😌

Keributan kecil ini terjadi saat suami ku melakukan hal-hal sekehendak hatinya. Gaji orang kerja yang kami pekerjakan untuk mengurus pertanian kami dia pakai.

"Mas, kenapa begini ?" #aku_marah.
Dalam benakku aku sungguh sempat marah, aku merasa mas ku tidak mau bersikap profesionalitas atas usaha kami yang baru kami rintis.

"Mas aku lelah. Aku berjuang ini untuk kamu. Aku tidak begitu suka pulang kerja tak ada kamu. Aku menuruti usaha mu untuk mempercepat percepatan rejeki kita. Tapi mas ga faham maksud ku ..." aku_ngambek.

Marah ku tak bisa lama. Hanya beberapa hari aku sudah mencarinya. Aku pun menyingsingkan lenganku lagi untuk menyelesaikan masalah financial yang ia kacaukan.

"Dik, aku tahu aku pemboros... !" itu satu satu nya pengakuan berdosanya.

Aku pun tak bisa menjawabnya lagi.

"Mas, andai kau tahu. Mungkin aku akan merasa jauh lebih baik dan lebih kuat dari sekarang. Tapi, aku taknpernah punya cara yang tepat untuk memberi tahu apa yang ku mau".

Seandainya kau memberiku satu kesempatan di dunia ini. Satu hal yang ingin aku minta hanya satu perihal ...

Andai kau mau menanyaiku 
"Wahai istri ku apa yang kau mau"
Kurasa aku akan menjadi satu-satunya orang yang bahagia.

Kau tidak akan pernah menanyaiku seperti itu.
Dan akhirnya, 

Hampir seluruh waktu kita (lebih tepatnya waktu ku). Akulah yang banyak bertanya #apa yang kau inginkan ?

Kuharap kau bahagia saat aku bertanya begitu, minimal segala hal yang aku lakukan ku selaraskan dengan standar harapan mu.

Ketika aku melakukan ini semua.
Untuk saat ini bukanlah satu-satunya standar ukuran aku bahagia.
Minimal aku hanya berusaha menjalani setiap hari ku dengan hal baik. 

Sebenarnya aku rindu, dan menunggu kau akan bertanya pada ku. "Apakah aku bahagia, dan apa yang aku mau?". 


Senin, 21 November 2016

Mama ku Sayaaang... Mama ku , sama mas Lalang ...

"Aku capek mas, sama kamu. Bingung deeh. Susah nyariin kamu mah. Ga pernah deh khusyuk kalau diajak ngomong. Bete aku sama kamu ... !"
"Mending aku matiin hape ku ya mas. Biar berakhir ketidakjelasan ini. Aku mau nya yang pasti pasti saja. Ga papa kok 10 menit saja. Tapi yang penting pasti kamu khusyuk punya waktu ikhlas untuk aku. Aku capek jadinya sama kamu. Habis setiap aku lagi butuh kamu , kamu ga pernah bisa serius ngadepin aku. Yang ada malah aku lagi ga mood ngomong sama mama. Kamu malah paksain aku ngobrol sama mama. Masak aku sampai pernah ngomong. Aku kangen sama kamu mas, sama suami. Bukan kangen sama mama ....!"

Tapi kamu norak mas, norak bangettt. Kebangetan malahan. Di saat seperti itu kamu berteriak ....

"Maaaa, ini anak mantu mu ma ga sopan deh. Masak dia ga kangen kamu maa .....ha ha haaa!".
"Iiiih....  Si mas dasar lambe juweeeeh!"


Pagi ....

"Mbak, si mas belum pulang mbak. Tolong mbak di sms in mbak. Suruh pulang !"
" Biarin aja maa. Kalau ga pulang. Paling tidur di punden-punden, di rumah temen, atau di disco menunjukkan ketidakwarasannya!"

"Iiih....jangan lah mbak. Meski si mas sering bikin mama jengkel. Tapi mama melas dan mesakne dia lhoo mbak !".
" Ha ha haa .... Ampun deeh ma. Biarin aja iih. Semakin mama ngeributin dia. Dia akan semakin cuwek. Satu satunya ngadepin si mas yang ndableg adalah dengan membalas ndableg juga. Minimal dia ntar juga tahu. Tolah toleh clingak clinguk ternayata ga ada yang peduli sama ndableg nya dia. Ntar dia cepet sadar diri dan segera ingat dengan ingatannya. Bahwa dia sudah dicuekin sama keluarganya".

"Mama takut mba... Di luar banyak hal orang jahat dan sebagainya. Teman-teman yang ga baik yang membawa hal buruk".

"Maaa. Mas ganteng itu anak mama. Sekarang terserah mama deh ngatur kelakuan anak mama. Tapi setahu aku. Semakin kita urus dia. Dia ga akan suka. Dia ga akan mendengar kita. Mau di boom dengan sejuta omelan atau diboom kasih sayang. Itu ga akan ngaruh. Yang ada MEEEENTAAALLLL ha ha ha. Udah lah maa biarin saja ....!".

"Tapi mbak .............!"


πŸŒ·πŸ’¦πŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸπŸ’¦πŸŒ·

Musim berlalu, musim berganti.
Mas ganteng anak mama...
Mas ganteng adalah suami aku.
Tapi tidak ada yang berubah.

Menjadi anak mama sekaligus menjadi suami seorang perempuan.
Mas ganteng tetap sama.
Hobby bikin mamanya deg-deg an


😘

"Kamu kan emang gitu ya mas ??????"

ha ha haaa

Aku Bahagia

Pernikahan tanpa di awali rasa cinta dan perkenalan mendalam. Ayoo kita tebak. Akan menjadi apa akhirnya. 😐

KYAA, Ini lah kehidupan rumah tangga ku. Suami ku ganteng, Alhamdulillah. Dan aku sangat suka menyebutnya mas ganteng ku. Mas ganteng ku πŸ˜„. Serasa aku norak kan ?. Norak sekali, dan terkesan pamer sekali. Ini bisa disebut bukan sekali noraknya. Sudah menjadi noraknya berhari-hari. 

Rumah tangga yang dengan di awali cinta saja banyak masalah menghampiri setelah kehidupan bersama mereka. Apalagi kehidupan kami yang tidak diawali dengan cinta dan percintaan. Ada yang bisa membayangkan? πŸ˜„ Jangan kebangeten jika mau bantu menjawab. Ga seserem kisah pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih lah. Ga , ga segitunya. πŸ˜„πŸ˜„πŸ˜„ Kami tidak seburuk itu.

Kebahagiaanku adalah tentang bukan diriku. Itu karakter aku sejak dulu. Sejak kakek ku masih kakek Prawiro Dirgo lah tentunya. Hi hi hie. Aku bercanda agar kamu ga begitu ikut stres mendengar penuturan ku lah. Sedikit lah memoles dirimu agar ga begitu tegang. Cukup aku aja yang tegang dan gugup ketika mas ganteng tiba-tiba menghujani aku dengan banyak perhatiannya (eitzz tapi tunggu dulu. Hanya akan terjadi ketika contack fisik menyapa raga. Kalau jauhan ya ampun jangan berharap ada kejutan dan perhatian. Ga akan ....... !!!!).

Mas ganteng ga cinta aku. Aku tahu itu, sakit hati ? Tidak, aku tidak sakit akan hal itu. Bagi ku saat dia tidak mencintai ku. Tidak akan menjadi masalah selama aku mencintai nya πŸ˜„. Laah, kapan ini jatuh cinta nongkrongin perasaanku ya ? Ceritanya mudah. Aku mulai jatuh cinta padanya saat dia benar-benar menikahi ku. Bagi aku, buat apa aku yang hidup di dunia ini entah berapa lama punya episode. Pakai banyak gaya untuk memusingkan urusan cinta. Lah emang ada yang mau jatuh cinta pada ku ? Belum tentu juga kan. Jadi aku embat saja segala rasa hanya untuk mas ganteng saja. Yang jelas-jelas sudah rela menyerahkan kegantengannya padaku. Ha ha ha πŸ˜„.. Ga sebegitunya lah yak, yang pasti karena dia saja sudah rela masa bujangannya berakhir bersanding di pelaminan bersama ku 😘. Bagi ku itu sudah lebih dari cukup ekspresi cinta yang sebenarnya. Ketika seseorang bersedia di bawah mihrab cinta kepada Nya dan membantu ku menggenapi separuh dari dien (iman) kami. Itu jauh lebih indah daripada romansa dimana pun. 

Awalnya aku sedih. Ia lah, sedih banget. Seorang suami yang suka memprotesku tanpa bertanya apakah aku akan tersinggung atau tidak. Mas ganteng ku memang begitu. Bahkan untuk suatu acara yang kami hadiri bersama. Di belakang ibu mertua ku. Mas ganteng memprotes muka ku pakai bedak. Dia tidak segan-segan menyuruhku ga perlu pakai bedak saja jika aku tidak bisa dandan pada aslinya. (Wuaahaa haaa pedes ga itu ?). 
Gimana hati ku ? Meleleh ia? Mata ku yang berkaca-kaca he he he. Tapi itulah, itulah mas gantengku. Dia memang seperti itu. Aku pun akhirnya ga dandan. Karena aku memang ga pernah menghabiskan gaji ku untuk diriku.... Tapi untuk orang lain. Sejak aku sebelum menikah. 

Cinta itu kalau bisa bukan karena diriku terlebih karena wajah aku. Aku ga begitu cantik. Biasa saja, hanya memiliki sedikit rambut ikal dan banyak. Tidak begitu hitam dan tidak begitu panjang. Tidak ada yang menaruk. Satu satu nya hal yang menarik dari ku adalah .......aku tabah dibenturkan dalam berbagai situasi yang rumit dan sulit asal ada kebahagiaan untuk orang yang aku perhitungkan. Di sana , aku kuat bertahan dan layak dipertahankan.

Aku bahagia ...
Mas gantengku memberi aku banyak sisi yang indah. Yang aku sendiri tidak punya walau aku minta kepada orang tua aku. Seorang kakak laki2 (ia, kakak ipar ku laki-laki). Dua orang adik ipar. Laki-laki dan perempuan. Seorang keponakan yang cantik. Dan .....dua orang tua baru yang menerima aku dengan cukup baik. Mama merttua dan papa mertua yang menghargai keberadaanku. Minimal , kedua orang tua mas ganteng punya sejuta do'a dan restu kepada ku. Anaknya diikhlasin menikah denganku. Seseorang yang tidak begitu istimewa*.

Kami tidak punya banyak uang saat ini. Suami dan aku berjuang banyak untuk eksis bertahan dan mempertahankan diri kami. Tentu saja aku malu jika harus pulang ke rumah orang tua dan minta uang saku (aku bukan anak sekolah lagi). Dan suami juga dalam situasi tidak mungkin meminta tolong orang tua nya. Tapi inilah ujian bagi kami. Ujian yang sebenarnya menjadi anak tangga bagi kami untuk membuka lembaran episode selanjutnya.

Suatu hari .....aku berharap. 
Dari mulut ku bisa berkata.
Aku bahagia denganmu.

Aku masih menunggu.
Sampai...
( kau penuhi sedikit dahaga ini dengan kesadaranmu). 

Dan kuharap aku bahagia tidak hanya ada di setiap torehan tinta. Tp menjelma pada degup jiwa ku.

Aku menunggu saat itu tiba ...